Pulau Banyak.
Pulau-pulau kecil di Indonesia kembali menjadi isu belakangan ini. Diam-diam, beberapa pulau di kawasan terluar Indonesia ditawarkan kepada orang asing untuk dikelola dengan konsep pariwisata yang menjanjikan. Dengan alasan keindahan, tidak sedikit orang tertarik untuk membeli pulau-pulau kecil itu. Salah satu pulau yang banyak dilirik adalah Pulau Banyak, Provinsi Aceh.
(Pulau Banyak, peta)
Pulau Banyak adalah salah satu pulau terluar di Provinsi Aceh. Tepatnya wilayah Kabupaten Aceh Singkil. Dengan boat kecil, Pulau Banyak bisa ditempuh sekitar dua jam perjalanan (dari pelabuhan boat Singkil ke Pulau Balai). Seperti namanya, Pulau Banyak adalah wilayah dengan jumlah pulau berjumlah banyak. Sebelum tsunami menerjang Aceh, jumlah pulau di wilayah itu mencapai 99 pulau. Namun, pasca tsunami, hanya 63 pulau yang tersisa. Yang lain, terendam lautan.
(Lokasi Pariwisata & Pemancingan di Pulau Tuangku)
Pulau terbesar adalah Pulau Tuangku, letaknya berada di tengah wilayah Pulau Banyak. Lalu Pulau Bangkaru yang juga pulau terjauh di kawasan itu. Selebihnya pulau-pulau kecil-kecil yang tersebar. Seperti Pulau Balai, Pulau Ujung Batu, Pulau Sawangla dan beberapa lainnya. Ibukota kecamatan, yang juga memiliki jumlah penduduk terbanyak terdapat di Pulau Balai. Jumlah keseluruhan penduduk di Pulau Banyak mencapai 7000-an jiwa (sumber data di kantor kecamatan, yang belum terekapitulasi secara detail) yang tersebar di tujuh desa.
(salah satu penginapan di Pulau Tuanku)
Pulau Banyak ibarat Indonesia “kecil”. Di sinilah, masa lalu berbaur dengan masa kini Indonesia. Mayoritas penduduknya menjadi nelayan. Menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam yang ada di pulau itu. Ikan, karamba, buah kelapa dan terumbu karang. Semuanya diolah menjadi barang-barang yang membuat kehidupan berjalan. “Orang di Pulau Banyak memang terlahir menjadi orang laut,” kata Dahrusyid, mantan Sekretaris Kecamatan Pulau Banyak.
(Moda angkutan Pulau Banyak)
Namun di sisi yang lain, parabola berjejer di mana-mana. Hampir setiap rumah di Pulau Banyak memiliki parabola untuk menangkap siaran televisi nasional dan lokal Aceh. Tanpa parabola, hampir pasti, yang tergambar di televisi hanya kumpulan bintik-bintik tanpa cerita. Jadi jangan heran, berita tentang mode pakaian terbaru dengan gosip artis di Jakarta pun diketahui oleh warga Pulau Banyak.
Termasuk isu kerusakan habitat laut yang ditandai dengan pengrusakan terumbu karang, yang justru menjadi tradisi masyarakat Pulau Banyak. Setiap hari, puluhan nelayan pencari karang memanen terumbu karang di sekitar Pulau Banyak untuk dijual sebagai bahan bangunan. “Di sini tidak ada material bangunan, yang ada hanya terumbu karang, apa lagi yang bisa kita lakukan,” kata Nasrante, mantan Geuchik Pulau Bale. Akan tetapi, menurutnya kebiasaan tersebut sudah mulai dapat dihilangkan bersama, seiring dengan adanya berbagai fakta dan kejadian yang timbul dari efek yang mereka ciptakan sendiri. bahkan, disisi lain peran media massa juga telah mengalihkan mereka dari segala tindakan yang tidak benar selama ini yang terlanjur diperbuat. "Buktinya sekarang kami telah memulai melakukan usaha membuat aneka makanan dan minuman yang terbuat dari rumput laut, yang kami jual kepada wisatawan yang berkunjung. bahkan kami sudah diberi bekal pengetahuan tentang mengembangkan kembali rumput laut yang telah kami ambil, dengan kembali menumbuhkannya dengan tehnik tertentu". Ia menambahkan, dengan penuturan yang diiringi senyum kecil seraya menunjukkan ke suatu tempat, bahwa kami mulai mendekati pelabuhan boat Pulau Balai.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh berbagai pihak, dalam peran mereka terhadap mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan nilai budaya Pulau Banyak. Apalagi pada tahap membentuk ideologi berpikir maju, seperti halnya mengembangkan potensi daerah, yang tidak terlepas dari peran serta semua pihak dengan turut menjaga nilai-nilai berbasis kearifan lokal.
Pulau Bangkaru. Pulau ini merupakan ikon yang dimiliki oleh Pulau Banyak. Hal ini dapat terjadi karena beberapa indikator kunjungan ke Pulau Banyak, di dominasi oleh kedatangan wisatawan mancanegara, domestik dan lokal. Selain memiliki pantai dan suasana serasa disurga dunia, Pulau Bangkaru juga memiliki daya tarik tersendiri, yaitu Rumah dan Dunia Para Pengarung Purba (penyu).
Para wisatawan seakan-akan tidak pernah merasa bosan ketika berada disini. Bahkan ada beberapa orang diantaranya, mengakui pernah kembali ke negara asalnya, akan tetapi ia merasa terpanggil untuk kembali ke Pulau Bangakaru, dan akhirnya ia melakukan dan memenuhi isyarat tersebut. "And now, I am here". Begitu tuturnya, sambil tertawa kecil dan kembali dengan aktivitasnya memberi tambahan makanan mineral ke wadah bayi-bayi Penyu, yang berada di tempat penangkaran dan Balai Penelitian Penyu di tempat itu.
Akhirnya, tiba saat untuk bersantai sesaat, sambil menunggu jemputan untuk segera kembali, sungguh terasa begitu cepat. Tapi, seperti penuturan salah seorang wisatawan, saya juga akan kembali suatu saat. Insya ALLAH. Hari-hari melelahkan, sudah sedikit agak terobati. Saatnya, bersiap menghadapi hari-hari berikutnya, paling tidak beraktifitas kembali, juga suasana berkumpul ditemani beberapa hal yang membuat suasana terasa lebih bermanfaat...(15 september 2011)...
Termasuk isu kerusakan habitat laut yang ditandai dengan pengrusakan terumbu karang, yang justru menjadi tradisi masyarakat Pulau Banyak. Setiap hari, puluhan nelayan pencari karang memanen terumbu karang di sekitar Pulau Banyak untuk dijual sebagai bahan bangunan. “Di sini tidak ada material bangunan, yang ada hanya terumbu karang, apa lagi yang bisa kita lakukan,” kata Nasrante, mantan Geuchik Pulau Bale. Akan tetapi, menurutnya kebiasaan tersebut sudah mulai dapat dihilangkan bersama, seiring dengan adanya berbagai fakta dan kejadian yang timbul dari efek yang mereka ciptakan sendiri. bahkan, disisi lain peran media massa juga telah mengalihkan mereka dari segala tindakan yang tidak benar selama ini yang terlanjur diperbuat. "Buktinya sekarang kami telah memulai melakukan usaha membuat aneka makanan dan minuman yang terbuat dari rumput laut, yang kami jual kepada wisatawan yang berkunjung. bahkan kami sudah diberi bekal pengetahuan tentang mengembangkan kembali rumput laut yang telah kami ambil, dengan kembali menumbuhkannya dengan tehnik tertentu". Ia menambahkan, dengan penuturan yang diiringi senyum kecil seraya menunjukkan ke suatu tempat, bahwa kami mulai mendekati pelabuhan boat Pulau Balai.
(Potret salah seorang masyarakat lokal dan aktivitas kecilnya)
Berbagai upaya telah ditempuh oleh berbagai pihak, dalam peran mereka terhadap mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan nilai budaya Pulau Banyak. Apalagi pada tahap membentuk ideologi berpikir maju, seperti halnya mengembangkan potensi daerah, yang tidak terlepas dari peran serta semua pihak dengan turut menjaga nilai-nilai berbasis kearifan lokal.
(Dermaga, Pulau Balai dari kejauhan)
Pulau Bangkaru. Pulau ini merupakan ikon yang dimiliki oleh Pulau Banyak. Hal ini dapat terjadi karena beberapa indikator kunjungan ke Pulau Banyak, di dominasi oleh kedatangan wisatawan mancanegara, domestik dan lokal. Selain memiliki pantai dan suasana serasa disurga dunia, Pulau Bangkaru juga memiliki daya tarik tersendiri, yaitu Rumah dan Dunia Para Pengarung Purba (penyu).
(Salah satu penginapan di Pulau Bangkaru)
(Penyu di salah satu Pusat Penangkaran Pulau Bangkaru)
Para wisatawan seakan-akan tidak pernah merasa bosan ketika berada disini. Bahkan ada beberapa orang diantaranya, mengakui pernah kembali ke negara asalnya, akan tetapi ia merasa terpanggil untuk kembali ke Pulau Bangakaru, dan akhirnya ia melakukan dan memenuhi isyarat tersebut. "And now, I am here". Begitu tuturnya, sambil tertawa kecil dan kembali dengan aktivitasnya memberi tambahan makanan mineral ke wadah bayi-bayi Penyu, yang berada di tempat penangkaran dan Balai Penelitian Penyu di tempat itu.
(Wisatawan dan objek wisata Penyu di tempat Penangkaran)
(Bakal Penyu dewasa di tempat penangkaran)
Akhirnya, tiba saat untuk bersantai sesaat, sambil menunggu jemputan untuk segera kembali, sungguh terasa begitu cepat. Tapi, seperti penuturan salah seorang wisatawan, saya juga akan kembali suatu saat. Insya ALLAH. Hari-hari melelahkan, sudah sedikit agak terobati. Saatnya, bersiap menghadapi hari-hari berikutnya, paling tidak beraktifitas kembali, juga suasana berkumpul ditemani beberapa hal yang membuat suasana terasa lebih bermanfaat...(15 september 2011)...
Menelusuri sekilas jejak-jejak kehidupan di pulau banyak...
Reviewed by Mac_Noumi
on
01.50.00
Rating:
Tidak ada komentar: