Minggu dinihari/ 24 Januari 2016
(02.00 WIB).
Malam
ditutup dengan “setianya” sinar bulan menemani. Anda jangan heran kenapa kami
sampai larut dalam kondisi malam itu, karena kami memang terbawa oleh cerita
dan kondisi alam yang sangat indah saat itu, “menurut saya” kondisi seperti ini
takkan terulang dan memiliki kisah yang persis “sama” seperti saat itu.
(06.00 WIB).
Pagi
hari kedua di Pulau Rusa dimulai. Seperti biasa aktivitas dimulai setelah
melakukan Shalat Shubuh. Pagi minggu itu, mentari pagi memberikan kami energi
yang sangat sensasional. Hal ini ditandai dengan semangat melakukan aktivitas
pagi dengan penuh semangat, gairah dan sukacita. Beberapa teman tampak berburu
foto pagi hari. Tak hanya pada objek pantai, pada kedalaman laut (Terumbu
Karang dan Biota yang hidup didalamnya) pun menjadi sumber inspirasi
“wallpaper” kreatif berbasis Premier Documentation. Tak bosan, kalau setiap
hari harus seperti ini. Hal ini, disebabkan karena keindahan alam dan bawah
laut yang sangat luar biasa. Seakan tak punya cukup kata untuk menyatakan dan
mencurahkan rasa takjub pada segala sumber keindahan ini beserta Sang Pencipta
(Allah Subhanahu Waa Ta’Ala).
(13.10 WIB).
Tim
kembali ke Base Camp, untuk melakukan Ibadah Shalat Zuhur, setelahnya segera
menyiapkan makan siang. Ada yang berbeda dengan siang itu. Menu masakan
seafood, seperti kerang laut yang layak dikonsumsi diracik secara sederhana
oleh Tim. Suasana yang khusus, begitu pula pada bumbu-bumbu alam yang sangat
sederhana dan penyajian yang berbeda dengan “Ala Resto” membuat kami mempunyai
kesan dan cerita menarik sendiri. Menu sayuran yang mempunyai unsur
Karbohidrat, Vitamin dan Protein Nabati pun membuat suasana makan dengan
“menurut kami” sangat sederhana itu menjadi sangat sesuai dengan kondisi saat
itu.
(16.20 WIB).
Setelah
melaksanakan Ibadah Shalat Asar, sore itu sembari melanjutkan proses
penelusuran dan mengamati eksotisnya Pulau Rusa, di samping itu ada beberapa
anggota Tim Metalik Adventure melakukan kegiatan mengisi waktu dengan memancing
juga diisi dengan kegiatan Traveller Jumptime dan Photo Hunting. Pada moment
Traveller Jumptime dan Photo Hunting, Tim menelusuri sisi barat Pulau Rusa dan
sampai pada tower pemancar signal untuk perairan (Transmission Signal of
Oceania). Pada tempat ini ditemui (fakta) bahwa segala sesuatu yang bersifat
memberi akses, signal dan informasi kepada pelayaran sudah tidak berfungsi sama
sekali. Padahal dengan adanya TSO ini, diharapkan dapat memberikan setidaknya
signal bantuan untuk memudahkan pelayaran dan memberi titik bantu pada Laut
Lepas itu. Sedikitnya ada 2 perangkat kerja solarcell pada tempat ini. Kami
tidak mengetahui pasti penyebabnya kenapa “perangkat” ini tidak bekerja lagi.
Dalam hal ini, kami ingin memberi akses kepada berbagai pihak yang mempunyai
kewenangan khusus untuk menangani hal ini, karena segala sesuatu yang terjadi
di Lapangan pastilah ada sebab dan akibatnya.
(18.25 WIB).
Setelah
kembali dari tempat penting tersebut, dan selesai memancing, tentunya telah ada
juga beberapa gambar hasil jepretan pada objek sunset. Disini cerita
dilanjutkan dengan rutinitas seperti biasanya (waktu sebelumnya). Shalat
Magrib, selepasnya barulah disipakan beberapa menu khusus untuk makan malam.
(19.37 WIB).
Beberapa
anggota Tim Metalik Adventure pun, terlihat mengambil wudhu pada sumber air
yang ada, untuk segera melakukan Shalat Isya. Beberapa orang teman mulai
menyiapkan makan malam. Kerang laut yang telah dibersihkan sorenya, dibuat
menjadi sate dan kuah kari sebagai menu makan malam di minggu malam itu. Terasa
sangat lengkap, karena menurut kami menikmati makanan yang diracik dengan bumbu
yang sangat sederhana, akan tetapi dengan bahan utama masakan kerang laut
(sering kita jumpai di Restoran mahal dan terkenal) menjadikan kami juga dapat mengkonsumsi
sesuatu yang dapat dikonsumsi kalangan elite lainnya. Hanya saja faktor
berusaha dengan “mengolah” manual dan “instant” cepat saji menjadikannya
indikator yang memisahkan dan mengantarnya pada setiap strata sosial yang ada.
(21.30 WIB)
Malam
itu, makan malam pun selesai. Catatan ini kembali menorehkan sebuah “prestise”
hegemoni tersendiri. Ada sesuatu yang sangat terasa pada “kehangatan” malam
itu. Api Unggun, menjadikan salah satu dari beberapa ciri khas dunia alam bebas
(outdoor activities). Hal ini membuat “terang-benderang” malam dan suasana
hati. Iringan musik dari MP3 system seakan memberi kolaborasi yang sangat
serasi. Belum lagi jelang pertengahan dari hal menikmati “outdoor bravo” ada diantara anggota Tim menyajikan kopi dan beberapa
“snack” cemilan sebagai teman pada saat cerita, canda dan tawa sebagai pelengkap
kami berkumpul. Adakah anda melakukan hal demikian juga saat berkumpul bersama?
Saya merasa yakin kalau “iya” merupakan jawaban anda, tapi suasananya pastilah
berbeda, apalagi kesan yang terasa dan di alami nantinya.
Senin dinihari/
25 Januari 2016
(00.00 WIB).
Suasana
terangnya cahaya bulan, kini tepat diatas kepala kami. Teringat salah satu
pesan seorang Kepala Suku Indian pada anaknya dalam penggalan cerita pada Buku
: The Tittle of Pagacuda, “bahwa jika engkau masih melihat bulan
(purnama) tepat tengah malam, maka yakinkanlah kalau esok harinya cerahnya alam
(dunia) akan senantiasa menanti dan menemani jalanmu. Dan jika tiada hujan,
bukan berarti engkau kekeringan, justru itu merupakan sahabat dalam tantanganmu
menjadi lelaki yang dewasa, puaslah dengan pencapaianmu hari ini, karena Ayah
bangga engkau tidak menyerah menjalani hari-harimu, ingatlah satu hal : engkau
jangan pernah takut dan menjadi seorang pengecut”. Sungguh sebuah kisah
inspiratif dengan penuh motivasi dalam mengusir rasa takut sebagai modal
menjadi dan menyandang predikat “dewasa” untuk umur, pemikiran dan tindakan.
Islam juga mengajarkan demikian dengan “Ilmu” dan “Alam” maka janganlah
terlepas dari “Tauhid” sebagai pegangan dalam memperjuangkan “Ad-Din” dalam
kehidupan ini. Cobalah memulai hari-hari dengan penuh motivasi, semua sudah
bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Aminn Yaa Rabbal ‘Alamin.
(05.48 WIB).
Pagi
senin itu, terawali dengan tenang setelah Shalat Shubuh. Riasan langit yang
kemerahan dan bersih pagi ini menandai telah lewatnya “waktu” beredarnya Sang
Bulan. Suasana mentari pagi (sunrise) menandai hari-hari yang cerah. Dan tak
terasa, sampailah pada saat-saat penantian kami semua akan kembali. Walau
terasa agak begitu enggan untuk “pulang” kembali, tap hal itu tidaklah
terhindarkan. Kami semua harus kembali dan memulai aktivitas dan rutinitas
seperti biasanya pada kehidupan “normal” sehari-hari. Ferdian yang menjadi
penanggung jawab transportasi armada penyeberangan, telah memberi isyarat pada
sore sebelumnya, bahwa boat akan menjemput kami pada pukul 09.00 WIB (25
Januari 2016-red).
(09.40 WIB).
Kami
dijemput dengan menggunakan Boat Mesin oleh Ferdian dan “Sang Nahkoda” warga
setempat. Kami menunggu sekitar 15 menit dari jadwal sebelumnya untuk dijemput.
Tampak mereka merapat di kawasan pantai di seberang kami (Pulau Rusa) untuk
sebentar menebar jaring ikan, agar mereka tak pulang hampa setelah menjemput
kami nantinya.
(10.05 WIB).
Kami
sampai kembali dengan selamat ke Dermaga Teupin Lhok Kareung, Kemukiman Cot
Jeumpa, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Setelah menempuh perjalanan
normal yang menghabiskan waktu selama 20 menit. Kondisi laut yang tenang
membuat jarak tempuh 2,71 Mil (berdasarkan PEDOMETER kecil berbentuk portabel
yang saya bawa di saku celana). Sesampai di sana, kami berkumpul di Mesjid Desa
Birek untuk kemudian segera mengatur jadwal untuk kepulangan kembali ke Banda
Aceh.
(10.40 WIB).
Tim
Metalik Adventure, berangkat pulang dari Desa Birek, Kecamatan Lhoong,
Kabupaten Aceh Besar. Sekaligus menandakan bahwa perjalanan telah berakhir.
Saya berharap mempunyai kesempatan lagi untuk berkunjung ke Pulau Rusa pada
waktu yang lain.
(11.45 WIB).
Kami
tiba kembali dengan selamat di Banda Aceh. Juga pada kesempatan kali ini, kami
kembali berkumpul untuk menikmati segelas “inspirasi” kopi. Sebelum nantinya
kami kembali ke kediaman masing-masing. Akhirnya tiadalah kata yang sesuai
untuk memaknai perjalanan indah kali ini. Setidaknya kesan dan hikmah telah
kami dapatkan dari perjalanan ini. Kharisma Pulau Rusa, belumlah cukup untuk
dibuat menjadi rangkaian cerita yang bagus. Awal dan akhir, bukanlah segalanya
untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda pada perjalanan kali ini. Melainkan rasa
syukur kepada Ilahi, yang telah memberikan kami segala daya dan upaya, sehingga
perjalanan ini menjadi hal yang tak mudah untuk di lupakan. (***)
Banda
Aceh, 25 Januari 2016
#Metalik_Adventure_Destination
(M 15005 AB)
#Metalik_Adventure_Destination
(M 15005 AB)
###Photo Resume###
Sumber Foto: (Rahmat Suhanda / Suryadi / Rollis Juliansyah)
Pulau Rusa , Aceh (part 3)
Reviewed by Mac_Noumi
on
13.51.00
Rating:
Tidak ada komentar: